Sebagai warga
negara Indonesia, pastinya kita tahu bahwa ada banyak sekali macam-macam
kebudayaan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Salah satu bentuk dari
kebudayaan itu berupa kain tenun. Pada kesempatan kali ini saya ingin membahas
mengenai tenun cual. Helai demi helai benang-benang tenun cual itu sangat
berharga. Sebab, dari sehelai benang saja dapat dibuat menjadi satu motif tenun
cual yang sangat indah. Tenun cual merupakan tenun khas Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Cual artinya proses awal pada pencelupan benang untuk
pembuatan motif. Jadi, dinamakan dengan tenun cual ini berdasarkan dari salah
satu proses pembuatannya. Sedangkan alat yang digunakan untuk menenun disebut
gedokan. Biasanya tenun cual memakai benang limar yang dibuat sendiri oleh para
pengrajin tenun cual, tetapi terkadang mereka juga memakai benang emas yang
dibeli dari luar negeri.
Ciri khas yang
membuat tenun cual terkenal adalah dari motifnya yang terlihat timbul dan juga
kualitas tenunannya yang sangat halus. Mengapa bisa menjadi sangat halus ? Ini
dikarenakan helaian tenun cual dibuat dari satu helai benang dan memakan waktu
yang cukup lama. Waktu yang dibutuhkan untuk dapat membuatnya kurang lebih tiga
bulan. Bahkan, ketika dijual harganya dapat mencapai sekitar dua puluh juta
rupiah. Mungkin kisaran harga tersebut masih tergolong wajar karena untuk
proses pembuatannya sendiri memakai bahan khusus dan juga memakan waktu yang
cukup lama.
Ada pula motif
tenun cual yang dibuat dengan dua dan tiga helai benang. Maka untuk
pembuatannya bisa lebih cepat dan harganya pun tidak semahal yang dibuat dengan
satu benang saja. Tetapi, tetap saja harganya masih tergolong mahal jika untuk
dikenakan sehari-hari. Bagi masyarakat Bangka Belitung, tenun cual merupakan
pakaian istimewa, sebab mereka hanya memakainya pada saat ada upacara
perkawinan, kelahiran anak, selamatan rumah, dan tradisi lainnya. Warna khas yang
biasanya dipakai untuk pembuatan tenun cual adalah warna ungu dan merah marun.
Ada beragam motif yang digunakan, misalnya bebek bekandang, kembang setaman,
gajah mada, dan lainnya. Tenun cual tidak hanya dibuat sebagai kain dan
selendang, tetapi juga dapat dijadikan sebagai hiasan dinding, baju, setanjak
atau topi tradisional Bangka Belitung, dan lainnya. Untuk pemasarannya
sendiri, tenun cual sudah dieksport sampai ke luar negeri seperti Jepang,
Malaysia, Swiss, Tibet, dan beberapa negara lainnya. Tenun ini pun juga tak
luput dari perhatian para perancang busana ternama di negara kita, karena mereka
juga pernah memesannya. Ini merupakan suatu hal yang hebat, mengingat tenun ini
sempat punah selama puluhan tahun.
Tenun cual ini juga
memiliki segelintir sejarah. Pada awalnya, tenun cual berkembang di Mentok,
Bangka Barat sekitar abad ke-18. Saat itu, perempuan-perempuan bangsawan
Mentoklah yang menenunnya. Bagi para bangsawan Mentok, tenun cual merupakan
pakaian kebesaran. Pada tahun 1914-1918, sedang terjadi Perang Dunia I yang
menyebabkan bahan baku tenun cual sulit didapat. Oleh karena itu, pembuatan
tenun cual sempat terhenti. Akhirnya barulah pada sekitar tahun 1990-an, tenun
cual kembali untuk dikembangkan. Berbagai macam usaha telah dilakukan, seperti
mendirikan koperasi tenun cual dan mengadakan pelatihan pembuatan tenun cual.
Usaha lainnya yaitu, kain-kain tenun cual dari zaman dulu dicari lagi oleh para
pengrajin tenun cual, kemudian kain-kain tua itu dibongkar tiap helai
benangnya. Tujuannya adalah untuk mempelajari penenunan motif-motifnya. Hingga
saat ini, pembuatan tenun cual telah menyebar di berbagai kota di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Setelah mengetahui hal ini, sudah sepantasnya kita
sebagai warga negara Indonesia harus dapat menjaga dan melestarikan kebudayaan
tenun cual agar tidak punah kembali. Bahkan, dapat muncul perasaan bangga pada
diri kita jika kita dapat memperkenalkannya ke dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar