Jumat, 19 Agustus 2016

Menengok Kebudayaan Tenun Cual

Sebagai warga negara Indonesia, pastinya kita tahu bahwa ada banyak sekali macam-macam kebudayaan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Salah satu bentuk dari kebudayaan itu berupa kain tenun. Pada kesempatan kali ini saya ingin membahas mengenai tenun cual. Helai demi helai benang-benang tenun cual itu sangat berharga. Sebab, dari sehelai benang saja dapat dibuat menjadi satu motif tenun cual yang sangat indah. Tenun cual merupakan tenun khas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Cual artinya proses awal pada pencelupan benang untuk pembuatan motif. Jadi, dinamakan dengan tenun cual ini berdasarkan dari salah satu proses pembuatannya. Sedangkan alat yang digunakan untuk menenun disebut gedokan. Biasanya tenun cual memakai benang limar yang dibuat sendiri oleh para pengrajin tenun cual, tetapi terkadang mereka juga memakai benang emas yang dibeli dari luar negeri.
Ciri khas yang membuat tenun cual terkenal adalah dari motifnya yang terlihat timbul dan juga kualitas tenunannya yang sangat halus. Mengapa bisa menjadi sangat halus ? Ini dikarenakan helaian tenun cual dibuat dari satu helai benang dan memakan waktu yang cukup lama. Waktu yang dibutuhkan untuk dapat membuatnya kurang lebih tiga bulan. Bahkan, ketika dijual harganya dapat mencapai sekitar dua puluh juta rupiah. Mungkin kisaran harga tersebut masih tergolong wajar karena untuk proses pembuatannya sendiri memakai bahan khusus dan juga memakan waktu yang cukup lama.
Ada pula motif tenun cual yang dibuat dengan dua dan tiga helai benang. Maka untuk pembuatannya bisa lebih cepat dan harganya pun tidak semahal yang dibuat dengan satu benang saja. Tetapi, tetap saja harganya masih tergolong mahal jika untuk dikenakan sehari-hari. Bagi masyarakat Bangka Belitung, tenun cual merupakan pakaian istimewa, sebab mereka hanya memakainya pada saat ada upacara perkawinan, kelahiran anak, selamatan rumah, dan tradisi lainnya. Warna khas yang biasanya dipakai untuk pembuatan tenun cual adalah warna ungu dan merah marun. Ada beragam motif yang digunakan, misalnya bebek bekandang, kembang setaman, gajah mada, dan lainnya. Tenun cual tidak hanya dibuat sebagai kain dan selendang, tetapi juga dapat dijadikan sebagai hiasan dinding, baju, setanjak atau topi tradisional Bangka Belitung, dan lainnya. Untuk pemasarannya sendiri, tenun cual sudah dieksport sampai ke luar negeri seperti Jepang, Malaysia, Swiss, Tibet, dan beberapa negara lainnya. Tenun ini pun juga tak luput dari perhatian para perancang busana ternama di negara kita, karena mereka juga pernah memesannya. Ini merupakan suatu hal yang hebat, mengingat tenun ini sempat punah selama puluhan tahun.
     Tenun cual ini juga memiliki segelintir sejarah. Pada awalnya, tenun cual berkembang di Mentok, Bangka Barat sekitar abad ke-18. Saat itu, perempuan-perempuan bangsawan Mentoklah yang menenunnya. Bagi para bangsawan Mentok, tenun cual merupakan pakaian kebesaran. Pada tahun 1914-1918, sedang terjadi Perang Dunia I yang menyebabkan bahan baku tenun cual sulit didapat. Oleh karena itu, pembuatan tenun cual sempat terhenti. Akhirnya barulah pada sekitar tahun 1990-an, tenun cual kembali untuk dikembangkan. Berbagai macam usaha telah dilakukan, seperti mendirikan koperasi tenun cual dan mengadakan pelatihan pembuatan tenun cual. Usaha lainnya yaitu, kain-kain tenun cual dari zaman dulu dicari lagi oleh para pengrajin tenun cual, kemudian kain-kain tua itu dibongkar tiap helai benangnya. Tujuannya adalah untuk mempelajari penenunan motif-motifnya. Hingga saat ini, pembuatan tenun cual telah menyebar di berbagai kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Setelah mengetahui hal ini, sudah sepantasnya kita sebagai warga negara Indonesia harus dapat menjaga dan melestarikan kebudayaan tenun cual agar tidak punah kembali. Bahkan, dapat muncul perasaan bangga pada diri kita jika kita dapat memperkenalkannya ke dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar